Sunday, February 19, 2012

A Judgement is Just Like A Cup That We Share

Sekretaris itu nggak membosankan, cuma tempatnya aja yang membosankan.

Semalam saya melalui perdebatan panjang dengan salah satu teman kantor. Awalnya hanya percakapan pointless mengenai suatu teater yang sedang diadakan pada malam itu dan berujung pada pernyataan; I'm already at the lowest point to stay at the place where we work and it makes me depressed, he said. Bagi saya tempat kerja itu memang menentukan performa karyawan. Suasana dan lingkungan kerja sering sekali jadi alasan karyawan untuk tetap stay di tempat kerja tersebut, termasuk saya. Kalau ditanya pernah atau tidak saya ngerasa  lelah saat bekerja di kantor, ya pernah banget. Sampai nangis di toilet malah (yep, I'm a drama queen). Kalau ditanya pernah atau tidak bosan dengan rutinitas saya sebagai sekretaris, itu sering banget. Malah sempat berminggu-minggu saya datang siang ke kantor hanya karena saya ngerasa benar-benar bosan dengan rutinitas sehari-hari. Kalau ditanya pernah atau tidak memikirkan jam pulang saja selama di kantor, hampir setiap hari sih saya kaya gitu. Selama ini saya beranggapan mungkin saya memang salah bekerja sebagai sekretaris, karena tetap membuat saya merasa bosan dengan rutinitasnya. Tapi semalam, seorang teman bilang pada saya yang membosankan itu bukan pekerjaan saya tapi tempatnya. Saya diam sejenak dan memikirkan apa yang dia ucapkan saat itu. Mungkin benar tempatnya saja yang membosankan, pekerjaanya tidak. Bukan berarti tidak nyaman dan punya pengalaman buruk dengan teman-teman kantor, saya malah beranggapan mereka sebagai keluarga kedua. Tapi mungkin karena situasi dan pola kerja yang sudah tidak kondusif lagi di tempat kerja menjadi alasanya. Mungkin memang harus move on. Tapi sekali lagi, kapan move on-nya?

No comments:

Post a Comment